Sabtu, 05 Juni 2010

Kurniawan: Pelatnas Jangka Panjang Tidak Efektif

Bookmark and Share


Detiksport/NarayanaBeritabola.com Yogyakarta - Selama ini PSSI sering mengadakan pelatnas jangka panjang dalam membentuk timnas Indonesia. Pemain senior mantan anggota Skuad Merah Putih, Kurniawan Dwi Yulianto menilai langkah itu kurang efektif.

PSSI mencoba untuk membenahi prestasi sepakbola tanah air yang anjlok belakangan ini dengan pelatnas jangka panjang. Akan tetapi hasil yang didapat ternyata tidak sesuai dari harapan.

Hal yang paling mencolok terjadi pada tim U-19 yang dikirim ke Uruguay beberapa waktu lalu. Alih-alih mengukir prestasi, Syamsir Alam dkk justru gagal meloloskan diri ke putaran final Piala Asia U-19.

Dua tahun lalu, PSSI lagi-lagi mengadakan pelatnas untuk mempersiapkan Piala Kemerdekaan. Meski Pasukan Merah Putih berhasil menjadi kampiun, akan tetapi itu dianggap tak cukuo membanggakan lantaran Libya yang menjadi lawan di partai final memutuskan untuk walk out karena pelatih mereka kena pukul tim Indonesia.

Meski demikian, PSSI tetap ngotot untuk mengadakan pelatnas jangka panjang. Di bawah pelatih baru, Alfred Riedl pemain timnas Indonesia diwajibkan ikut pelatihan 70 hari yang dimulai pada Agustus mendatang.

"Kalau untuk ngumpul dalam jangka waktu yang lama menurut saya itu ngga efektif lah," ujar Kuniawan seusai menghadiri acara Seminar Nasional tentang olahraga yang digelar di Universitas Negeri Yogyakarta, Sabtu (5/6/2010) siang WIB.

"Memang benar bisa bersama, tapi mereka ujiannya kemana? Paling hanya ujicoba. Untuk menjadikan pemain matang cuma bisa dilakukan jika bermain di kompetisi."

Ketidak efektifan yang dirasakan Kurniawan merembet pada masalah format kompetisi Indoenesia yang dalam dua tahun belakangan mengusung format satu wilayah. Dengan wilayah negara sebesar Indonesia, format tersebut justru menyusahkan para pemain.

"Memang format satu wilayah akan lebih kompetitif. Tetap dengan wilayah kita yang besar, jadwal akan terlalu ditekan sehingga pemain tidak bisa bermain secara maksimal. Untuk Indonesia paling pas dua wilayah. Jadi waktu jeda untuk para pemain bisa lebih besar," sambung dia.

Lebih lanjut, Kurniawan yang pernah berlatih di Italia bersama Sampdoria menyoroti soal kualitas pelatih dalam negeri. Menurut dia, sebetulnya kualitas pelatih Indonesia sama baiknya dengan pelatih asing. Namun, pelatih asing memiliki tingkat ketelatenan yang tinggi sehingga kualitas pemain yang dibina pun jauh lebih baik.

"Pelatih Indonesia kurang telaten. Di luar negeri main bola sudah otomatis. Di Italia, passing harus benar-benar memanjakan (orang yang diberi operan). Di sini, jika bola sudah bisa sampai ke orang yang dioperi saja sudah dinilai bagus," pungkas pemain yang kini membela Persela Lamongan itu.

sumber : http://beritabola.com

0 komentar:

Template by : aldast