Ketua Harian Banaspati H Saadi menegaskan,
keikutsertaan Persijap ke LPI sama saja mencederai pencapaian sejarah tim yang berdiri tahun 1954 tersebut. Sejarah panjang tim ini terukir tidak secara instan. Menjadi kontestan di Superliga Indonesia dinilai Saadi merupakan kebanggan bagi warga Jepara. Sebelumnya, Jepara hanya dikenal dengan Kota Ukirnya, tetapi saat ini dengan eksisnya Persijap di ISL, daerah Jepara lebih dikenal.
"Sudah banyak pikiran, darah dan pengorbanan yang tercurah selama Persijap didirikan. Tetapi, tiba-tiba harus pindah ke LPI. Seharusnya pengurus mempertimbangkan matang keputusan itu dan melihat sisi sejarah tim ini," jelasnya.
Solusi terbaik, menurutnya, dengan membentuk tim baru dan memisahkan antara Persijap di naungan PSSI dan Persijap yang ikut LPI. Persoalan kekisruhan PSSI seharusnya tidak ditanggapi dengan emosi sesaat yang ujungnya merugikan tim ini sendiri.
"Persoalan APBD, seharusnya Persijap tidak ada masalah dari sisi pendanaan. Jika PT Laskar Kalinyamat lebih kreatif mencari pendanaan, tidak seperti sekarang ini seakan vakum. Tiga musim terakhir, tidak ada kontribusi signifikan dari PT tersebut," tandasnya.
Dia melanjutkan, persoalan kepindahan LPI juga harus melibatkan klub-klub di tubuh Persijap. Tidak serta merta hanya diputuskan segelintir orang termasuk Bupati Jepara Hendro Martojo.
"Kami setuju jika ikut LPI. Syaratnya, bentuk tim baru," imbuhnya.
Terpisah, wakil ketua DPRD Jepara Aris Isnandar hampir senada dengan Saadi. Keputusan ikut LPI dia juga setuju, tetapi harus membentuk nama baru. Dia berpendapat, sebaiknya pengurus Persijap menunggu hasil kongres bulan depan.
"FIFA menyarankan agar PSSI merangkul LPI. PSSI pun merespon dengan memasukkan LPI ke divisi III. Jika itu benar, apakah tidak rugi Persijap yang sekarang di ISL tahun berikutnya turun kasta terendah sepakbola nasional gara-gara salah melangkah," tegas mantan Ketua Umum Jepara Tifosi Mania (Jetman), organisasi suporter Persijap selain Banaspati itu.
Menyikapi ini, pengurus Persijap harus bijak dan hati-hati serta tidak gegabah. Iming-iming kucuran dana dari konsorsium LPI memang menggiurkan semua tim. Dia sendiri juga setuju jika pendanaan Persijap tidak tergantung dengan APBD tetapi menuju pengelolaan profesional.
"Lebih baik, Persijap di ISL, nama lain berlaga di LPI. Potensi pesepakbola Jepara berlimpah, itu bisa dimanfaatkan berlaga di LPI. Ditambah lagi fasilitas dua stadion. Stadion Kamal Djunaidi untuk LPI, sedangkan GBK untuk ISL.
sumber : http://www.persijapjepara.com
0 komentar:
Posting Komentar